ANALISIS KRITIS TERHADAP UN-EGDI SURVEY (NEGARA VIETNAM)

ANALISIS KRITIS TERHADAP UN EGDI SURVEY

UN EGDI (United Nations E-Government Development Index) Negara Vietnam


E‐Government telah menjadi salah satu area penting dari studi bidang sistem informasi yang dikaitkan dengan penggunaan ICT oleh lembaga pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara elektronik. E‐Government menurut PBB didefinisikan sebagai penggunaan teknologi informasi dan penerapannya oleh pemerintah untuk menyediakan informasi dan layanan publik kepada masyarakat. E-Government Development Index yaitu indikator yang mengukur kapasitas administrasi pemerintahan dalam penggunaan ICT (Information and Communication Technology) untuk memberikan layanan publik. Penerapan e‐Government dimaksudkan untuk memperpendek jarak antara aparat pemerintah sebagai pelayan publik dengan masyarakat. Dengan adanya e‐Government, transaksi bisnis yang terjadi antara masyarakat dan organisasi lainnya akan menjadi lebih efisien dan efektif.
E‐Government dalam implementasinya telah meningkat di sebagian besar negara, tetapi pada waktu yang sama kecepatannya bervariasi antara negara satu dengan negara lainnya. Negara anggota PBB memanfaatkan teknologi modern ICT pada sektor publik dengan mengukur kemampuan dan kemauan negara dalam menerapkan konsep e‐Government dan membuat laporan tentang e‐Government seluruh negara di dunia. Pengukurannya berdasarkan komponen layanan online, komponen infrastruktur telekomunikasi, dan komponen sumber daya manusia. Hasilnya dapat digunakan oleh negara‐negara anggota PBB untuk melihat dan membandingkan, serta mencari penyebab mengapa mereka tertinggal atau lebih baik. Hasilnya, setiap negara akan lebih memfokuskan pada pengembangan strategi dan kebijakan e‐Government‐nya, adakah perbedaan peringkat negara‐negara anggota PBB dalam pengembangan e‐Government dengan nilai EGDI tertinggi.
Data yang digunakan pada studi ini adalah 10 negara anggota PBB yang memiliki peringkat e‐Government tertinggi dari EDGI. Nilai komponen layanan online didasarkan pada empat model, yaitu layanan informasi yang muncul, layanan informasi yang disempurnakan, layanan transaksional, dan layanan terhubung, yang meliputi kajian website nasional di setiap negara, termasuk portal pusat nasional, portal layanan elektronik dan partisipasi elektronik portal, dan beberapa website kementerian.
Adanya ini dapat melihat tingkat kecepatan atau kemampuan negara‐negara anggota PBB yang sangat bervariasi dalam adopsi pengembangan e‐Governmentnya. Hal inilah yang memperlihatkan adanya kenaikkan ataupun penurunan peringkat e‐Government yang dicapai oleh masing‐masing negara anggota PBB. Kondisi ini tidak bisa dipungkiri, karena masing‐ masing negara tersebut memiliki strategi yang sesuai dengan kondisi sosial politik, karateristik geografis, dan kemampuan adopsi yang berbeda‐beda dalam pengembangan e‐Governmentnya.
Dalam peningkatannya, pemerintah perlu mengembangkan sistem pelayanan yang terpercaya, serta terjangkau oleh masyarakat luas. Untuk itu pemerintah harus mengoptimalkan pemanfaatan ICT untuk mengeliminasi sekat‐sekat organisasi dan birokrasi, serta membentuk sistem jaringan, sistem manajemen dan proses kerja yang memungkinkan kementerian dan lembaga bekerja secara terpadu untuk menyederhanakan akses ke semua informasi dan layanan publik yang harus disediakan oleh pemerintah. Langkah ini sangat penting karena masyarakat menuntut pelayanan publik secara online yang memenuhi kepentingan masyarakat luas di seluruh wilayah Indonesia, dapat diandalkan dan terpercaya, serta mudah dijangkau secara interaktif.
Untuk itu ke depan, peningkatan komponen layanan online dapat dilakukan dengan pembangunan website pemerintah yang mampu menyediakan layanan secara online, interaksi dua arah antara pemerintah dengan masyarakat, dan transaksi elektronik. Sementara komponen Infrastruktur telekomunikasi, peningkatannya dapat dilakukan melalui pembangunan infrasruktur yang mengkoneksikan seluruh lembaga pemerintah agar menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Adapun komponen sumber daya manusia (SDM), peningkatannya dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal dan non formal. Karena SDM merupakan faktor yang turut menentukan bahkan menjadi kunci keberhasilan pelaksanakan dan pengembangan e‐Government.
EGDI didasarkan pada Survei komprehensif, dari satu edisi Survei ke edisi berikutnya seiring pemahaman tentang potensi perubahan e-government dan teknologi yang mendasarinya berkembang. EGDI menilai situs web nasional dan bagaimana kebijakan dan strategi e-government diterapkan secara umum dan di sektor-sektor khusus untuk penyampaian layanan penting. Penilaian menilai kinerja e-Government dari negara-negara relatif satu sama lain. Hasilnya digabungkan dengan serangkaian indikator yang mewujudkan kapasitas suatu negara untuk berpartisipasi dalam masyarakat informasi, yang tanpanya upaya pengembangan e-government akan terbatas penggunaannya segera.
Dalam pembahasan EGDI, saya akan membahas EGDI Negara Vietnam. Indeks Pengembangan e-Government Vietnam dinilai berada di 0,67 oleh Perseringkatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2020. EGDI mengukur perkembangan e-government negara-negara anggota Perseringkatan Bangsa-Bangsa berdasarkan tiga, yaitu layanan online, konektivitas telekomunikasi, dan kapasitas manusia. EGDI Vietnam bergerak dari 0,45 pada 2010 menjadi 0,67 pada 2020, yang berada di atas rata-rata dunia sebesar 0,60.
Tahun 2008 peringkat Vietnam (ke‐7) telah berada di atas Indonesia, dan tahun 2012 Vietnam berhasil menduduki peringkat ke‐83 di tingkat dunia dan ke‐4 di tingkat ASEAN. Kondisi yang sama juga dialami oleh Philipina dan Thailand yang selalu berada di atas Vietnam (2003‐ 2010), tetapi pada tahun 2012 Vietnam justru telah berada di atas Philipina dan Thailand. Hasil komparasi tersebut memperlihatkan adanya kenaikkan ataupun penurunan peringkat e‐Government yang dicapai oleh masing‐ masing negara anggota PBB. Kondisi inilah yang mengakibatkan terjadinya perbedaan peringkat negara‐negara anggota PBB dalam pengembangan e‐Government di tingkat ASEAN.

Dari hasil survei PBB tersebut, pengembangan e‐Government Vietnam dapat dikatakan masih ketinggalan, dalam penyediaan layanan online, pembangunan infrastruktur jaringan telekomunikasi, dan sumber daya manusianya. Hasil survei tersebut menempatkan posisi Vietnam berada pada peringkat ke‐83 di tingkat dunia. Posisi Vietnam cenderung mengalami penurunan, dari posisi ke‐97 pada tahun 2003, ke-112 pada tahun 2004, ke-105 pada tahun 2005, ke‐91 pada tahun 2008, dan ke‐90 pada tahun 2010.

Indeks Partisipasi Elektronik (EPI) diturunkan sebagai indeks tambahan untuk Survei E-Government PBB. Ini memperluas dimensi Survei dengan berfokus pada penggunaan layanan online untuk memfasilitasi penyediaan informasi oleh pemerintah kepada warga negara (informasi elektronik), konsultasi elektronik, dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan proses.

Tujuan dari inisiatif e-partisipasi harus untuk meningkatkan akses warga terhadap informasi dan layanan publik dan mempromosikan partisipasi dalam pengambilan keputusan publik yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya, dan individu pada khususnya.

Kerangka Kerja e-Partisipasi meliputi E-informasi, yaitu memungkinkan partisipasi dengan menyediakan informasi publik dan akses informasi kepada warga negara tanpa atau atas permintaan, lalu E-konsultasi, yaitu melibatkan warga dalam kontribusi dan pertimbangan kebijakan dan layanan publik, dan Pembuatan keputusan elektronik yaitu memberdayakan warga melalui desain bersama opsi kebijakan dan produksi bersama komponen layanan dan modalitas penyampaian.

Pada tahun 2020, Indeks Pengembangan e-Government Vietnam berada pada peringkat 86 dari 193 negara dengan nilai indeks sebesar 0,6667. Tingkat Indeks Pengembangan e-Government negara Vietnam cenderung turun dari tahun 2003, dengan nilai indeks 97 (2003) lalu menjadi turun di peringkat 112 (2004), 105 (2005), naik kembali menjadi peringkat 91 (2008), 90 (2010), 83 (2012), 99 (2014), 89 (2016), 88 (2018), dan naik pada tahun 2020 menjadi peringkat 86.

Lalu Indeks Partisipasi Elektroniknya berada pada peringkat 70 dari 193 negara dengan nilai indeks sebesar 0,7024. Tingkat Indeks Partisipasi Elektronik negara Vietnam cenderung naik dari tahun 2003-2008, dengan nilai indeks 123 (2003)-2004), 63 (2005), 16 (2008). Lalu pada tahun 2010 menurun drastis menjadi peringkat 110 (2010), 101 (2012), dan kembali naik pada peringkat 65 (2014), 43 (2016), 72 (2018), 70 (2020).

Menurut saya, pengembangan e‐Government Vietnam dapat dikatakan masih ketinggalan dan mengalami penurunan dari tahun 2012 berada pada tingkat 83 dan 2020 berada pada peringkat 86. Solusi untuk mengejar ketertinggalan adalah dengan mempercepat realisasi instruksi Strategi Nasional Pengembangan e‐Government. Pelaksanaannya dapat dilakukan melalui empat tahapan pengembangan e‐Government, yang meliputi tingkat persiapan, pematangan, pemantapan, dan tingkat pemanfaatan.
Keberhasilan pengembangan kedua kebijakan dalam pengembangan e‐Government tersebut diharapkan mampu meningkatkan posisi Vietnam baik di tingkat dunia maupunASEAN. Karena masyarakat memang membutuhkan dan sangat mengharapkan adanya layanan online yang terintegrasi dan terpadu serta layanan bersifat internal maupun eksternal.
Bahkan dalam dunia bisnis di era informasi dewasa ini sangat memerlukan data dan informasi akurat dengan dukungan dari pemerintah untuk dapat menjawab perubahan pasar dan tantangan persaingan global secara cepat dan tepat. Informasi yang lancar untuk menunjang hubungan dengan pemerintah, serta untuk menampung partisipasi masyarakat kepada pemerintah merupakan faktor yang sangat penting dalam perumusan dan pembentukan kebijakan nasional yang baik. Keberhasilan kedua kebijakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengembangan e‐Government Vietnam di masa mendatang.

Sumber :
https://publicadministration-un-org.translate.goog/egovkb/en-us/About/Overview/-E-Government-Development-Index?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=sc
https://media.neliti.com/media/publications/228155-studi-komparasi-pengembangan-e-governmen-8e12d976.pdf

Komentar